melaty imil: BIOGRAFI SINGKAT R.A KARTINI

background

Senin, 06 Februari 2012

0

BIOGRAFI SINGKAT R.A KARTINI

R.A Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ayah R.A Kartini ialah Raden Mas Sosroningrat yang menjadi Kepala Kabupaten Jepara, dan Ibunya bernama MA Ngasirah, putrid dari Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Teluwukur, Jepara, dan Nyai Haji Siti Aminah.
    R.A Kartini hanya mengenyam bangku sekolah dasar,  Setelah lulus dari Beliau tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Beliau dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, Beliau ingin menentang tetapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka.     Dalam waktu pingitan tersebut, Beliau selalu membaca. Sehingga tak heran jika membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Melalui buku inilah, timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Beliau memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya Beliau tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Kepada teman-temannya R.A Kartini mengungkapkan cita-citanya yang sangat agung, yaitu persamaan hak kaum wanita dan hak kaum pria. Tak berapa lama Beliau menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Beliau memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
    Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan R.A Kartini karena tepat pada tanggal 12 November 1903 Beliau melangsungkan pernikahannya dengan Raden Adipati Joyodiningrat secara sederhana. Setelah menikah Beliau ikut suaminya ke daerah Rembang.
    Keinginan dan tekad R.A Kartini tidak pernah surut. Langkah untuk memajukan itu, menurutnya bisa dicapai melalui pendidikan. Untuk merealisasikan cita-citanya tersebut, Beliau mengawalinya dengan mendirikan sekolah untuk anak gadis di daerah kelahirannya, Jepara. Suaminyapun mengerti dan ikut mendukung R.A Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya, R.A Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, Beliau tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya. Di sekolah tersebut diajarkan pelajaran menjahit, mrnyulam, memasak dan lain sebagainya. Semuanya itu diberikannya tanpa memungut biaya.
    Pada tanggal 13 September 1904, R.A Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih atau Raden Mas Soesalit. Setelah melahirkan putranya itu, keadaan R.A Kartini semakin memburuk meskipun sudah dilakukan perawatan khusus, dan pada tanggal 17 september 1904, R.A Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usianya yang ke-25 dan dimakamkan di Desa Bulu, Rembang.
    Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”.
    Kini R.A Kartini telah tiada, citi-cita dan semangat perjuangannya telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang”. R.A Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, Beliau mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.
    Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.
    Saat ini mudah-mudahan Indonesia akan terlahir kembali Kartini-Kartini lain yang mau berkorban demi kepentingan orang banyak.

0 komentar:

Posting Komentar